
Latar Belakang Aksi Protes
Tuntutan pengunduran diri Bupati menjadi sorotan utama dalam aksi demonstrasi besar-besaran yang digelar ratusan warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Jumat (15/8/2025). Aksi ini dipicu kebijakan kenaikan pajak properti hingga 250 persen yang dinilai memberatkan masyarakat. Lonjakan pajak tersebut dianggap tidak sesuai dengan kondisi ekonomi warga yang belum sepenuhnya pulih pascapandemi.
Tuntutan Utama: Pengunduran Diri Bupati
Dalam orasi yang disampaikan di depan Kantor Bupati Pati, para pengunjuk rasa menyerukan pengunduran diri Bupati sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kebijakan tersebut. Menurut warga, lonjakan pajak yang signifikan tidak dibarengi dengan sosialisasi yang memadai maupun kajian mendalam terkait dampak ekonomi terhadap masyarakat kecil.
Perwakilan demonstran, melalui pernyataan resminya, menegaskan bahwa tuntutan pengunduran diri bukan hanya soal penolakan pajak, tetapi juga sebagai bentuk protes terhadap kurangnya transparansi dalam pengambilan kebijakan publik.
Dampak Kenaikan Pajak Properti
Kenaikan pajak hingga 250 persen disebut mengancam stabilitas ekonomi keluarga. Banyak warga khawatir akan kehilangan aset, karena ketidakmampuan membayar beban pajak yang melonjak. Kondisi ini diperparah dengan minimnya program subsidi atau keringanan yang ditawarkan pemerintah daerah.
Beberapa pelaku usaha lokal juga menyatakan keberatan, mengingat pajak properti yang tinggi akan meningkatkan biaya operasional dan menekan daya saing usaha di daerah tersebut.
Baca Juga: Demo di Pati Ricuh, Mobil Polisi Dibakar Massa

Respons Pemerintah Daerah
Hingga berita ini diturunkan, pihak Pemerintah Kabupaten Pati belum memberikan pernyataan resmi terkait tuntutan pengunduran diri Bupati. Namun, sumber internal menyebutkan bahwa pihak pemda tengah melakukan evaluasi kebijakan dan mempertimbangkan opsi revisi tarif pajak agar lebih proporsional.
Suasana Aksi di Lapangan
Aksi demonstrasi yang berlangsung sejak pagi itu diwarnai dengan berbagai spanduk dan poster bertuliskan “Turunkan Pajak, Cabut Kebijakan” hingga “Bupati Harus Mundur”. Massa yang terdiri dari warga desa, pedagang, petani, hingga pelaku UMKM, bergerak menuju kantor bupati dengan berjalan kaki sambil meneriakkan yel-yel protes. Aparat kepolisian tampak berjaga di sekitar lokasi untuk mengantisipasi potensi kericuhan. Sejumlah tokoh masyarakat juga turut hadir memberikan dukungan moral. Mereka menegaskan, jika tuntutan tidak dipenuhi, aksi serupa akan kembali digelar dengan jumlah massa yang lebih besar di pekan mendatang.
Penutup
Aksi demo di Pati ini menjadi peringatan bahwa kebijakan fiskal daerah perlu mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat. Tuntutan pengunduran diri Bupati mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap proses pengambilan keputusan yang dianggap terburu-buru dan kurang melibatkan partisipasi warga. Ke depan, dialog terbuka antara pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat menjadi solusi untuk meredakan ketegangan.