Fakta Penanganan dan Tanggapan Masyarakat
Di kota Palu, Sulawesi Tengah, muncul kejadian yang menjadi sorotan publik setelah beredarnya video viral seorang pengemis yang mengaku sebagai anak dari Ir. Soekarno, proklamator Republik Indonesia.
Video tersebut memperlihatkan momen ketika petugas gabungan melakukan razia pengemis di sejumlah lampu merah utama di Palu dan di tengah proses penertiban, pria pengemis ini menyatakan klaim luar biasa soal asal-usulnya.
Fakta yang Terungkap
Berdasarkan laporan media lokal, pengemis tersebut telah lama aktif di lokasi-lokasi strategis seperti perempatan lampu merah di Palu. Situs Resmi Domino QQ Terpercaya Namun hingga berita ini ditulis, pihak berwenang dari Satpol PP Kota Palu atau dinas sosial terkait belum mengeluarkan keterangan resmi yang memverifikasi klaim bahwa ia benar-benar anak Soekarno.
Selain klaim persaudaraan dengan Soekarno, video ini juga membuat publik mempertanyakan motivasi di balik mengemis, serta keaslian identitas dan kondisi sosial pengemis tersebut. Kondisi seperti ini bukanlah hal baru; data menunjukkan bahwa pengemis dan gelandangan di Palu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah lewat razia dan layanan pembinaan.
Kunjungi Juga Berita Menarik Lainnya: https://artikelqiuqiu99.com/
Tanggapan Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Tengah telah menyampaikan perhatian terhadap maraknya pengemis dan gelandangan. Dalam rapat koordinasi, Wakil Gubernur meminta penanganan secara kolaboratif antarinstansi seperti Dinas Sosial, Satpol PP, dan Dinas Kependudukan.
Masyarakat juga bereaksi dengan beragam komentar. Sebagian memandang klaim tersebut sebagai bentuk kaki-lima sosial yang memanfaatkan nama besar untuk mencari simpati; sebagian lainnya khawatir bahwa pengemis seperti ini dapat mengganggu ketertiban kota dan menjadi beban sosial.
Vidio Tersangka: https://youtube.com/shorts/kjTanXc_1iE?si=Jw9h0oELtf5jH7TH
Implikasi dan Rekomendasi
Kasus ini menggambarkan beberapa persoalan penting:
- Pertama, verifikasi identitas pengemis yang mengaku memiliki hubungan khusus dengan tokoh nasional perlu dilakukan agar tidak muncul misinformasi atau pemanfaatan narasi personal.
- Kedua, penanganan sosial-kemasyarakatan terhadap pengemis dan gelandangan harus dipertajam: bukan hanya penertiban, tetapi pembinaan, rehabilitasi, dan pemberdayaan agar mereka punya alternatif selain mengemis. Riset di Palu menunjukkan bahwa regulasi seperti Perda No.3 Tahun 2018 Kota Palu sudah memuat definisi pengemis dan gelandangan secara jelas untuk keperluan penanganan.
- Ketiga, peran masyarakat dalam tidak memberi uang secara impulsif kepada pengemis yang melakukan klaim‐klaim luar biasa penting. Memberi tanpa alat verifikasi dapat memperpanjang keberadaan modus pengemis yang memanfaatkan narasi emosional.
Kesimpulan
Kejadian viral pengemis di Palu yang mengaku sebagai anak Soekarno memunculkan pertanyaan sosial dan etis: apakah klaim tersebut benar atau sekadar narasi untuk menarik simpati? Bagaimanapun, kasus ini membuka peluang untuk mengevaluasi sistem penanganan pengemis di kota-kota besar dan menegaskan bahwa pendekatan humanis dan sistematis tetap dibutuhkan. Masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak harus bekerja sama agar kasus serupa tidak hanya menjadi viral media sosial, tetapi benar-benar mendapat solusi nyata.




