
Suster Ngesot adalah salah satu urban legend paling menyeramkan di Indonesia, dan malam itu saya mengalami langsung kehadirannya. Kejadian ini terjadi saat saya sedang bertugas jaga malam di lantai tiga rumah sakit, tempat yang konon sudah lama dikenal angker. Lorong panjang dan sunyi, cahaya lampu yang redup, serta cerita-cerita seram yang pernah saya dengar sebelumnya seolah menjadi pertanda akan datangnya sesuatu yang tak masuk akal — sebuah pertemuan langsung dengan sosok Suster Ngesot yang selama ini hanya saya kenal dari cerita orang.
Malam itu, suasana rumah sakit terasa lebih sepi dari biasanya. Hanya suara detak jarum jam dan deru AC tua yang terdengar samar di koridor. Saya, seorang perawat magang yang baru memasuki minggu kedua, ditugaskan jaga malam di lantai tiga — lantai yang katanya sudah lama tak difungsikan sebagai ruang rawat inap karena renovasi yang tak pernah selesai. Namun malam itu, karena ruang observasi penuh, kami terpaksa memindahkan satu pasien ke lantai tersebut.
Sekitar pukul 01.30 dini hari, saya hendak mengambil obat di ruang peralatan yang letaknya berada di ujung lorong lantai tiga. Lampu-lampu lorong menyala remang, dan ada beberapa titik yang padam, membuat suasana makin mencekam. Ketika saya melewati kamar kosong yang katanya pernah digunakan sebagai ruang isolasi, saya mendengar suara aneh — seperti suara kain diseret di lantai.
Awalnya saya mengira itu suara roda kursi atau mungkin tikus besar. Tapi saat saya menoleh ke belakang, saya melihat sesuatu yang membuat darah saya seakan berhenti mengalir. Sesosok perempuan berambut panjang, memakai seragam suster putih usang yang sudah dipenuhi bercak merah seperti darah kering, merangkak perlahan ke arah saya. Tubuh bagian bawahnya tampak lemas dan tak bisa digerakkan, membuatnya hanya bisa menyeret tubuh dengan tangan — pemandangan yang sangat ikonik dari cerita urban legendaris: Suster Ngesot.
Link Situs Bermain QIUQIU99 Resmi : https://qiuqiu99.com/
Baca Juga : Bugha: Juara Dunia Fornite Usia 16 Tahun

Saya membeku di tempat. Tubuh saya gemetar hebat, keringat dingin mengucur di dahi. Ingin rasanya berteriak, namun tenggorokan saya seperti terkunci. Sosok itu terus mendekat dengan gerakan menyeret yang mengerikan, dan dari kejauhan saya bisa mendengar isak tangis lirih yang menggetarkan hati. Saya menutup mata dan berdoa dalam hati, berharap itu hanya halusinasi karena kelelahan.
Setelah beberapa menit, saya memberanikan diri membuka mata. Lorong kembali sepi. Sosok itu sudah tidak ada. Saya langsung berlari kembali ke ruang perawat dan menceritakan semuanya kepada rekan jaga saya. Dengan wajah pucat, ia hanya mengangguk dan berkata, “Kamu orang keempat yang lihat dia minggu ini.”
Ternyata, cerita tentang penampakan Suster Ngesot di lantai tiga sudah lama beredar di kalangan staf rumah sakit. Konon, dulu ada seorang suster yang diperkosa dan dibunuh di ruang isolasi. Ia sempat berusaha kabur dengan tubuh terluka parah, menyeret dirinya keluar ruangan sebelum akhirnya meninggal di lorong tersebut. Sejak saat itu, penampakan sosok menyeramkan tersebut sering muncul pada malam hari, terutama pada malam Jumat Kliwon.
Sejak kejadian malam itu, saya selalu menghindari lorong lantai tiga sendirian. Meskipun skeptis, saya tak bisa mengabaikan pengalaman mistis yang begitu nyata. Entah itu halusinasi, sugesti, atau memang benar-benar penampakan arwah penasaran, satu hal yang pasti: malam itu, saya benar-benar bertemu Suster Ngesot.
Kunjungi Juga Artikel Menarik Lainnya: https://artikelqiuqiu99.com/